Terik sinar matahari sangat menyengat
di kulit kami berlima. Tapi, itu tak menyurutkan langkah kita untuk menghabisi
mereka. Eila masih di tangan mereka. Dan akan kupastikan Eila pulang dengan
selamat.
Kami berlima berada di sebuah
pelabuhan yang sangat tidak terurus. Penuh sampah, petikemas yang sudah tak
terpakai, kapal - kapal yang
terbengkalai. Parahnya lagi bau besi yang berkarat menusuk hidung kami.
Pelabuhan ini sudah tidak terpakai.
Karena pemerintah telah memindahkan pelabuhan ke tempat lain. Pelabuhan ini
telah beralih fungsi sebagai gudang barang barang haram, dan tempat bisnis
penjualan barang - barang illegal.
“
Man lo siap?” Tanyaku pada iman yang dari tadi mengepalkan tangan bersiap
menyerang
“ Gak usah banyak tanya Rey! Udah
lama gue gak babak belur” kuanggap dia
sudah siap lahir batin karena. Asal tahu saja,
terakhir aku dan iman berduel di pertandingan pencak silat kelas 2 SMA
di pertandingan tingkat propinsi. Dan kami kalah.
“
Nov! Lo masih inget jurus karate
lo? Tanyaku kepada Nova
“ Gak. Gue belajar beladiri buat
lsatu lawan satu bukan keroyokan. Gue bakalan mampus di sini ! Nova ketakutan
yang terlihat dari sorot matanya
“ Inget! Kepukul sekali lo balas 3
kali, jangan takut ada gue di sini.” Aku menenangkan nova
“ No! Lo tetep di belakang kita. Gue
,Iman, dan Daeng. Bakalan kewalahan kalau gak kalian bantu. Dan tugas kalian
adalah, bantu kita buat finising.” Perintahku kepada mereka
“ Daeng lo udah siap? Tanyaku pada daeng
“ Mati pun rela! Asalkan mereka
lenyap dari muka bumi!” Daeng yang sudah
berapi api sudah siap menghantam mereka.
“ Gue bagian tengah. Lo daeng,
ambil dari kiri. Man gue percayakan bagian kanan sama lo. Dan kalian berdua bantu kita bertiga
ketika mereka masih bergerak pukul lehernya .
“ Siap Ray!” Sahut Nova dan Rano
Layaknya berandalan dari jalanan, kami
bertarung habis habisan, Karena pertarungan ini memanglah sangat tidak
seimbang. Aku mengharapkan campur tangan tuhan di dalam pertarungan ini. Terlihat mereka berdatangan dengan badan tinggi kekar. Jumlah yang tak seimbang, membuatku harus bertahan lebih lama, sampai bantuan datang.
Aku
mencoba bernegosiasi, dan mengulur waktu untuk memperpanjang sisa hidup kami.
Terliahat Ken, sang pemimpin tepat di depan para anak buahnya berdiri dengan
rokok di mulutnya. Badanya kurus ceking layaknya Mafia - mafia, di film cina. Jumlah mereka 50
orang lebih, aku hanya mengira - ngira saja karena tidak sempat ku hitung. Ken
adalah Bos barang barang terlarang. Ken memasok narkoba, senjata api, sampai
hewan - hewan yang di lindungi.
Kudengar,
Ken sangatlah kejam. Dia tidak segan membunuh siapa saja yang menghalangi
bisnis haramnya. Dia mampu masuk ke pejabat pentingan, untuk memuluskan usaha
haramnya itu.
“ Kita bukan anak SMA lagi. Gak
lucu kalau berantem masih pake senjata! Malu -Maluin aja! “ Aku mencoba
bernegosiasi dengan Ken. Agar bisa mengulur waktu.
Kemudian Ken menyuruh anak buahnya, untuk membuang senjata mereka.
Itu artinya agak sedikit aman untuk kita, karena setidaknya kita berduel dengan
tangan kosong. Tak lama kemudian terdengar suara Iman berteriak
“ Aaaaaaaaaaaa! Dasar sampah! Gue
buang kalian semua ke bantar gebang!! Suara iman mengelegar sambil berlari
memulai pertempuran ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Haloha, tengs udah berkunjung ke bolg saya komen yang sopan biar semua senang.